![]() |
Ranting NU Maguwoharjo dalam sebuah kegiatan rutin Lailatul Ijtima'. |
Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) menganut paham keagamaan Islam Ahlussunnah wal Jamaah, yaitu Islam Aswaja, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis), sumber Paham Keagamaan NU tidak hanya Al-Qur’an dan Hadits / Sunah, tetapi juga pemikiran yang menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik sebagai cara berpikir, dan termasuk sumber paham keagamaan NU adalah Ijma’ dan Qiyas
Cara berpikir semacam itu berasal dari pemikir terdahulu, seperti Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Menurut KH. Hasyim Asy’ari, paham bermadzhab timbul sebagai upaya untuk memahami ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah secara benar, sebab dalam sejarahnya, sebagai upaya pemahaman terhadap dua sumber utama ajaran Islam itu, sering terjadi perselisihan pendapat. Hal ini menyebabkan banyak lahir pemikir besar (mujtahid).
Namun, karena pemikiran mereka tidak gampang dalam rumusan secara sederhana; KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Risalah Aswaja-nya menyimpulkan bahwa untuk pemahaman keagamaan dan fiqih mengikuti empat mazhab (Syafi’i, Maliki, Hambali, dan Hanafi) yang menjadi ciri utama paham Ahlussunnah dan NU.
KH. Hasyim Asy'ari sebagai pendiri NU dan ulama terkemuka berpengaruh kuat pada sikap beragama umat Islam Indonesia. Bahkan, sampai saat ini pemikiran KH. Hasyim Asy'ari yang terformulasikan dalam organisasi NU menjadi acuan dalam beragama. Di antaranya seperti termaktub dalam Muqaddimah Qonun Asasi dan juga beberapa Kitab karya KH. Hasyim Asyari. (Dikutip dari NU Cilacap Online).